KONTRIBUSI pelaku usaha wanita terhadap perekonomian nasional kian signifikan. Terbukti dari total 49,9 juta pelaku sektor Usaha Kecil dan Mikro (UKM), 60% di antaranya dimiliki kaum perempuan.

Potensi tersebut ditangkap pelaku usaha wanita yang tergabung dalam Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (Iwapi) yang ingin memperkuat konsistensinya di industri Tanah Air.

Melalui Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Iwapi ke-26 yang diselenggarakan 10-11 Oktober, organisasi yang berdiri sejak 1975 itu berupaya meningkatkan kualitas pelaku usaha wanita di tengah ketatnya persaingan industri lokal dan global.

“Rakernas kita adakan sebagai forum komunikasi antara pusat dengan daerah. Bagaimana kita berupaya meningkatkan kemajuan dan kualitas organisasi,” tutur Ketua Panitia Rakernas Iwapi Moudy Lintuuran di Lombok, Senin (10/10).

Sebanyak 1.500 anggota Iwapi siap mengikuti Rakernas yang mengusung tema “41 Tahun Iwapi Satukan Hati, Tingkatkan Inovasi dan Daya Saing Produk Bangsa Guna Memenangkan Pasar Global”.

Ketua Iwapi Nita Yudi menuturkan pelaku usaha wanita harus jeli mencari strategi agar mampu membuat produk yang berkualitas dan diminati pasar global. Pun perlu ada peningkatan skala usaha dari mikro naik ke kecil, kemudian kecil ke menengah, dan begitu seterusnya.

Jumlah pengusaha wanita yang tergabung dalam Iwapi mencapai 30 ribu anggota. Dengan rincian 85% merupakan usaha kecil dan mikro, 13% usaha menengah, dan 2% golongan usaha skala besar.

“Selain itu, kami mendorong Iwapi goes digital. Program itu bertujuan memberikan pengetahuan dasar kepada anggota agar menguasai IT sehingga bisnisnya bisa go digital untuk merebut pasar global,” imbuh Nita.

Pihaknya berharap pemerintah menaruh atensi kepada pelaku usaha wanita dengan membuat kebijakan yang memudahkan. Seperti pemberian pelatihan SDM, perluasan jaringan pemasaran hingga insentif modal usaha dengan suku bunga yang reasonable.

Nita mengungkapkan berdasarkan data World Bank, tingkat kredit macet (Non Performing Loan/NPL) terhadap pelaku usaha wanita hampir 0%.